Rabu, 27 Agustus 2008

Metode Data Envelopment Analysis mengenal dua orientasi penghitungan dari sebuah frontier, Input-oriented dan Output-oriented. Input-oriented adalah pendekatan yang digunakan dalam Data Envelopment Analysis dimana output dapat dikurangi secara proporsional tanpa mengubah jumlah output yang dihasilkan. Farrell mengilustrisan idenya dengan menggunakan contoh sederhana dimana sebuah perusahaan menggunakan dua input (x1 dan x2) untuk memproduksi sebuah input (y), dengan perdasarkan pada asumsi return to scale.

Grafik 2.1

SS’ dalam grafik 2.1 merupakan “fully efficient firm” dimana dengan kurva ini dimungkinkan untuk mengetahui nilai dari efisiensi teknikal. Bila perusahaan menggunakan kombinasi input untuk menghasilkan output digambarkan oleh titik P, maka efisiensi teknikal dari perusahaan tersebut direpresentasikan oleh jarak antara QP, dimana pada jarak tersebut memungkinkan untuk dikurangi secara proporsional tanpa menyebabkan penurunan pada output. QP/OP menunjukkan persentasiberapa persen semua input dapat diminimalisir. Efisiensi teknikal dapat dikur dengan:

TE = OQ/OP = 1 – QP/OP

nilai yang didapat akan berada diantara satu dan nol, dan karenanya menunjukkan indikator derajat tingkat dari inefisiensi perusahaan.
 Allocative efficiency (AE) dari perusahaan tersebut dapat diketahui, dengan:

 AE = OR/OQ

RQ menunjukkan nilai dari Allocative efficiency, dari grafik tersebut juga dapat diambil kesimpulan bahwa pada titik Q’ merupakan titik dimana perusahaan mencapai Allocative efficiency dan Technical efficiency dan pada titik Q perusahaan mencapai Technical efficiency namun mengalami Allocative infficiency.
 Output-oriented dapat didefinisikan sebagai “By how much can output quantities be proportionally expanded without altering the input quantities used?”. Ini adalah pengukuran berorientasi output yang berbeda dengan Input-oriented. Perbedaan antara pengukuran Output-oriented dan Input-oriented bisa digambarkan menggunakan ilustrasi dengan yang sederhana dengan menyertakan satu input untuk menghasilkan satu output. Hal ini dilukiskan dalma grafik 2.2(a) dimana kita mempunyai “decreasing returns to scale” yang direpresentasikan oleh f(x), dan operasi inefisien dari perusahaan pada titik P.

Grafik 2.2
 
Pengukuran Input-oriented dari Technical efficiency adalah sama dengan rasio AB/AP, dan Output-oriented dari TE adalah ratio CP/CD. Pengukuran Output-oriented dan Input-oriented akan menunjukkna nilai yang sama dari TE bila constant returns to scale terjadi, tetapi akan menunjukkan hasil yang berbeda pada kurva yang mengalami increasing atau decreasing returns to scale. Kasus constant returns to scale digambarkan oleh grafik 2.2(b) dimana dapat diamati bahwa AB/AP=CP/CD, dimana titik inefisiensi perusahaan pada titik P.
 Pengukutan efisiensi Output-oriented digambarkan oleh grafik 2.3. AB menggambarkan inefisiensi teknikal, dimana jumlah dari output dapat ditingkatkan tanpa menambah input. Karenanya pengukuran dari Output-oriented Technical efficiency adalah rasio dari:

 TEO = OA/OB

bila kita mempunyai informasi harga kemudian kita dapat menentukan garis isorevenue sebagai DD’, dan mendefinisikan allocative efficiency:

 AEO = OB/OC

Grafik 2.3

(Mohon maaf, saat ini grafik masih belum tersedia)

Konsep Effisiensi Lembaga Keuangan

Efisiensi didefinisikan sebagai perbandingan antara keluaran (output) dengan masukan (input), atau jumlah yang dihasilkan dari satu input yang dipergunakan. Suatu perusahaan dapat dikatakan efisiensi apabila mempergunakan jumlah unit yang lebih sedikit bila dibandingkan dengan jumlah unit input yang dipergunakan perusahaan lain untuk menghasilkan output yang sama, atau menggunakan unit input yang sama, dapat menghasilkan jumlah output yang lebih besar. (Permono dan Darmawan, 2000; 2) 
Efisiensi juga bisa diartikan sebagai rasio antara output dengan input. Ada tiga faktor yang menyebabkan efisiensi, yaitu (1) apabila dengan input yang sama dapat menghasilkan output yang lebih besar, (2) input yang lebih kecil dapat menghasilkan output yang sama, dan (3) dengan input yang lebih besar dapat menghasilkan output yang lebih besar lagi. (Ghofur dalam Atmawardhana, 2006; 40) 
Tobin menyebutkan ada empat faktor yang menyebabkan efisiensi dalam lembaga keuangan. Faktor utama adalah efisiensi karena arbitrase informasi, kedua efisiensi karena ketepatan penilaian asset-asetnya, ketiga adalah efisiensi karena lembaga keuangan bank mampu mengantisipasi resiko yang muncul, dan yang keempat adalah efisiensi fungsional, yaitu berkaitan dengan administrasi dan mekanisme pembayaran yang dilakukan oleh sebuah lembaga keuangan. Termasuk didalam efisiensi fungsional ini adalah risk pooling, general insurance, administrasi, dan mobilisasi dana masyarakat. (Atmawardhana, 2006; 41)
Pemakaian konsep effisiensi biasanya digunakan untuk mengukur tingkat efektifitas dari suatu lembaga keuangan. Penerapan pengukuran tingkat effisiensi yang saat ini paling sering dugunakan untuk mengevaluasi kinerja perusahaan maupun lembaga keuangan adalah metode DEA (Data Envelopment Analysis). Keterbatasan yang terdapat dalam DEA adalah konsep efisiensi relativenya, definisi efisiensi relative yang diguankan oleh DEA berdasarkan pada:
1. efisiensi dalam arti luas (Koopmans Definitions): efisiensi penuh (100%) dicapai oleh DMU (decision making unit) apabila dan hanya bila tidak ada ouput atau input yang bisa ditambah atau dikurangi tanpa memperburuk input atau output yang lain. Namun dalam banyak aplikasi ilmu social maupun manajemen, nilai efisiensi tidak bisa diketahui secara teoritis. Karena itu konsep efisiensi yang digunakan adalah,
2. efisiensi relative: sebuah DMU mendapatkan nilai efisiensi 100% berdasarkan bukti yang tersedia bila dan hanya bila performa dari DMU-DMU lain tidak menunjukkan ouput atau input yang bisa ditambah atau dikurangi tanpa memperburuk input atau output yang lain. “A DMU is to be rated as fully (100%) efficient on the basis of available evidence if and only if the performances of other DMUs does not show that some of its inputs or outputs can be improved without worsening some of its other inputs or outputs.” (W. W. Cooper)